Tsunami Merenggut KebahagiaankuResensi Novel Hafalan Shalat DelisaRuang Resensi Ahad, 26 Desember 2004 menjadi hari yang tak pernah terlupakan bagi rakyat Indonesia. Khususnya, orang-orang yang tinggal di Nanggroe Aceh Darussalam. Makhluk asing bernama tsunami tiba-tiba datang menjamah dataran bumi yang konon bergelar Serambi Mekkah itu. Kubik-kubik air laut yang tak terhitung jumlahnya ditumpahkan ke darat, menyapu segala sesuatu; gedung-gedung, kantor-kantor, rumah-rumah, hingga panik, teriakan, jeritan, dan tangisan bercampur dengan hantaman air ke segala penjuru. Setiap orang berjuang untuk menyelamatkan diri sendiri; orang tua lupa pada anaknya, suami lupa pada istrinya, saudara lupa saudaranya. Seolah-olah gambaran kiamat yang kelak akan mengakhiri Liye yang sedang makan siang di kamar kostan ukuran 2x3 m sambil menatap televisi, tersedu dan menangis setelah menonton berita anak-anak yang kakinya diamputasi pasca tsunami. Kemudian bersumpah untuk menulis kisah yang amat sederhana tentang kejadian menyakitkan tersebut. Lalu lahirlah novel Hafalan Shalat Delisa Novel Hafalan Shalat DelisaDelisa berumur 6 tahun dan memiliki tiga saudara; Fatimah, Aisyah, dan Zahra. Ibunya, Ummu Salamah adalah seorang penjahit sekaligus pembordir pakaian yang sering dipesan oleh tetangga-tetangga dekat rumahnya. Sedang Abi Usman, ayahnya, bekerja di kapal tanker perusahaan minyak Delisa tinggal di komplek perumahan sederhana. Tepatnya, di sebuah daerah tepi pantai bernama Lhok Nga. Kehidupan gadis ini biasa-biasa saja. Layaknya, anak anak yang seumuran dengannya; pergi ke sekolah, bermain hingga sore, mengaji, bercanda dengan kakak-kakaknya, dan keluarganya ada salah satu kebiasaan yang sudah berjalan lama, yaitu memberikan hadiah kalung emas bagi setiap anak yang menyelesaikan tugas hafalan shalat dari sekolah. Seperti yang telah dilakukan Fatimah, Aisyah, dan Zahra. Delisa sebagai anak paling bungsu akhirnya mendapat terhadap kalung emas menjadikannya terpacu untuk menuntaskan hafalan. Akan tetapi, hal tersebut tidak mudah. Hari-harinya terasa rumit. Hafalannya morat-marit. Bacaannya terbolak balik. Sering lupa, dan macam-macamlah akhirnya, Aisyah membuat tekhnik jembatan keledai untuk membantunya. Benar saja, dengan cara itu, dia menjadi lebih lancar dan mudah dalam yang dinanti akhirnya tiba. Delisa berangkat bersama umminya ke sekolah untuk ujian hafalan. Sungguh, keduanya tidak tahu bahwa hari itu adalah hari yang sangat per satu anak menyetorkan hafalan sekaligus praktik hingga tiba urutan Delisa. Persis, ketika dia mengangkat takbiratul ihram dan ucapan itu hilang dari lisannya ... lantai laut retak. Seketika dasar bumi runtuh dan merekah sampai ratusan kilometer. Gempa menjalar dahsyat, mengguncang Banda Aceh hingga Lhok yang terkena pecahan kaca pas bunga akibat gempa tetap tak hirau dan berusaha meneruskan bacaannya. Sementara itu, gelombang tsunami yang menggulung lautan sedang menyapu ke bibir pantai. Lalu, tanpa ampun memberangus semuanya; pepohonan kelapa, lapangan bola, tiang-tiang gawang, rumah-rumah warga, hingga meunasah yang dia mengangkat takbir untuk bersujud, air menerabas ke sekolah. Menghantam tembok hingga rekah. Dirinya tersapu. Terseret air. Terlempar ke mana-mana. Tubuhnya yang rapuh terbentur segala macam benda. Luka dan lebam di sana itu, Ahad 26 desember 2004 menjadi catatan kelam di Bumi Pertiwi. Terkhusus lagi bagi orang-orang yang baru pertama seluruh dunia berhiruk pikuk dengan bencana, bersama kesedihan yang menyeruak di mana-mana. Delisa tidak diketahui keberadaannya. Entah hidup atau mati ....Kelebihan dan Kekurangan Novel Hafalan Shalat DelisaSebagai novel pertama yang ditulis oleh Tere Liye, novel ini patut diapresiasi. Muatannya terasa emosional karena memang bersentuhan langsung dengan kehidupan banyak pembaca. Karya yang lahir setahun setelah bencana tsunami tidak bisa dikatakan terlambat. Bagaimanapun, saat itu masih banyak orang yang merasakan trauma dan guncangan. Ditambah lagi, Nanggroe Aceh belum sepenuhnya pulih. Sisa-sisa tsunami masih bisa ditemukan di segala hikmah dan pelajaran yang bisa diambil dari Hafalan Shalat Delisa. Salah satunya, peran orang tua dalam memberi semangat dan dukungan pada anaknya saat belajar agama. Juga persembahan reward bagi setiap pencapaiannya. Walau sekadar menghafal bacaan shalat yang nampak remeh dan novel ini datang dengan konflik yang sangat sederhana. Berkutat pada Delisa yang kesulitan berjuang menghafal bacaan shalat, serta hasrat untuk memiliki kalung emas. Itu saja. Bagian-bagian awal pun terasa sangat menjenuhkan. Akan tetapi, novel ini terselamatkan dengan mengangkat bencana tsunami, sehingga melebur dan memenangkan banyak itu, catatan kaki yang berisi komentar penulis malah berlebihan dan mengganggu. Walau tujuannya untuk mempengaruhi sentimen pembaca, mempertajam keadaan tokoh, atau menjelaskan impresi penulis ketika menoreh naskah ini, tetap saja nampak terlalu entah penulis yang luput atau editor yang lalai, penukilan sepotong ayat Al-Quran surah asy-Syarh ayat 5 tidak tepat. Seharusnya Fainna ma'al 'usri yusro, bukan painnakal 'usri yusro hal 124.*Kesimpulan novel Hafalan Shalat Delisa berkisah tentang gadis bernama Delisa yang berjuang untuk menghafal bacaan shalat demi mendapatkan hadiah berupa kalung emas. Namun, di tengah perjuangan itu, tiba-tiba tsunami melanda tempat NovelJudul Hafalan Shalat DelisaPengarang Tere LiyePenerbit RepublikaTahun Terbit 2005Tebal 270 halamanISBN 978-979-321-060-5Harga - resensi novel Hafalan Shalat Delisa. Semoga bermanfaat.*Novel cetakan ke XII terbit tahun 2010. Walau sudah 12 kali cetak, kekeliruan ini belum juga Resensi Novel Keajaiban Toko Kelontong Namiya Keigo Higashino
ResensiNovel "Hafalan Shalat Delisa" Karya Tere Liye. - Latar Waktu : Pagi, siang, malam, dini hari. - Suasana : Senang, sedih, haru. - Sudut Pandang : sudut pandang yang digunakan penulis dalam cerita ini yaitu sudut pandang orang ketiga. Hal ini dapat dibuktikan oleh penulis yang selalu menyebutkan nama tokoh yang terdapat dalam novel ini.
Uploaded byMerisa Enjhira 67% found this document useful 3 votes5K views7 pagesDescriptionBy MERISA ENJHIRACopyright© © All Rights ReservedShare this documentDid you find this document useful?Is this content inappropriate?Report this Document67% found this document useful 3 votes5K views7 pagesResensi Novel Dan Film Hapalan Shalat DelisaUploaded byMerisa Enjhira DescriptionBy MERISA ENJHIRAFull descriptionJump to Page You are on page 1of 7Search inside document You're Reading a Free Preview Pages 4 to 6 are not shown in this preview. Buy the Full Version Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.
HafalanShalat Delisa merupakan film Indonesia produksi StarVision Plus bergenre drama yang dirilis pertama kali pada 22 Desember 2011. Film ini diadaptasi berdasarkan novel fiksi terlaris yang terkenal dengan judul sama oleh Tere Liye dan dalam bahasa Inggris dikenal dengan " Delisa's Salat Recitation ".
Delisa, seorang gadis kecil yang tinggal bersama Ibu dan kakak â kakaknya di Pantai Lok Nga, Aceh. Mereka hidup sederhana sedangkan abinya adalah seorang pekerja di kapal yang tidak setiap waktu ada dirumah. âDelisa cinta ummi karena Allahâ. Begitu ucap Delisa ketika usai shalat berjamaah bersama kakak â kakaknya. Esoknya ketika Delisa selesai mengaji, Delisa menghampiri Ustad dan mengatakan bahwa ia telah melakukan sesuatu yang telah diperintahkan ustad sebelumnya. âJadi Delisa udah bilang ke Ummi kalo Delisa cinta sama Ummi karena Allah?â. Dan delisa menagih coklat yang pernah dijanjikan ustad. Film ini begitu mengingatkan kita bahwa banyak cara untuk memahamkan anak â anak agar mampu menghafal bacaan shalat juga memahaminya. Seperti suatu kali Delisa sedang menghafal di ayunan. Tak jauh dari situ, kedua kakaknya yang memang kembar yaitu Aisa dan Zahra tengah bermain congklak. Maka delisa berkali â kali mengulang kalimat âwanusuki â wamamati â wamayayaâ. Kemudian mengucap kembali ketika dirasa tidak yakin âwanusuki â wama.. â wama.. â Maka aisa yang sesekali tampak senewen pada adik kecilnya itu pun menggangu konsentrasi Delisa. âMana ada mati dulu baru yaya.â Disini begitu ditampakkan bahwa anak kecil pun dapat diajarkan membaca bacaan doa atau yang menggunakan bahasa arab sekalipun sambil diberitahukan artinya. Maka mereka akan lebih mudah mengingatnya. Begitu trenyuh ketika Delisa tersadar dari pingsannya yang lama. Kemudian ia bangun dan melihat kakinya yang telah buntung sebelah. Lantas apa yang dikatakannya,â Mungkin kaki Delisa kebawa air ya?â Sofie, dokter yang merawatnya pun sungguh takjub akan sikap anak kecil itu. Mengharukan ketika ayah Umam datang berlari mendekati Umam yang sedang bermain bersama Dlisa, dan mengatakan bahwa umi telah ditemukan. Delisa pun berteriak âAbi, abi, umi sudah ketemu.â Dan dengan perasaan sangat tidak enak, ayah Umam pun mengatakan bahwa yang telah ditemukan adalah uminya Umam bukan umminya Delisa. Maka marah â lah ia kepadaNya. Namun, sesuai dengan karakter anak kecil yang polos, ia tak menyimpan dendam dengan siapapun juga kepadaNya yang tak kunjung mengembalikan umi Delisa. Ia tetap belajar dan terus mengahafal bacaan shalat. Tidak lagi untuk mendapatkan kalung. Ia hanya ingin dapat mendoakan saudara â saudaranya yang telah pergi. Keluarga sederhana ini begitu menyenangkan. Ummi yang begitu penyayang. Sosoknya yang juga mampu menjadi pengganti Abi selagi suaminya pergi bekerja. Begitu tulus, lembut. Dan sangat mengesankan ketika ummi menenangkan Aisa yang sempat iri kepada Delisa karena akan dibelikan sepeda jika ia telah hafal bacaan shalat. Abi seorang pria yang begitu penyayang. Menjaga delisa sepenuh hati ketika tak ada satupun anggota keluarganya yang tersisa. Film ini pun sangat menyegarkan karena diperankan oleh para insan perfilman yang memang masih tergolong muda. Delisa diperankan oleh Chantiq Shagerl, Ummi diperankan Nirina Zubir sedangkan Abi diperankan oleh Reza Rahadian. Jika tak ingin membuang uang percuma untuk sekedar menonton bioskop, film ini cukup direkomendasikan sebab banyak petualangan spiritual yang diberikan. Sukses untuk film Indonesia. Amin. đ
Dalamperawatannya, Beberapa waktu lamanya Delisa tidak sadarkan diri, keadaannya tidak kunjung membaik juga tidak sebaliknya. sampai ketika seorang ibu yang di rawat sebelahnya melakukan sholat tahajud, pada bacaan sholat dimana hari itu hafalan shalat delisa terputus, kesadaran dan kesehatan Delisa terbangun. kaki delisa harus diamputasi.
Novel Hafalan Shalat Delisa sampai bulan Januari, 2008 sudah memasuki cetakan ke VI. mengambil setting tempat di salah satu daerah korban bencana tsunami Aceh yaitu Lhok Nga. Mengisahkan tentang seorang gadis berusia 6 tahun yang berusaha menghafal bacaan shalat pada saat sebelum terjadinya tsunami. Banyak kejadian menarik namun penuh makna dan pelajaran hidup yang dapat kita petik dalam setiap cerita dalam novel Shalat DelisaPengarangTere LiyeTebal Bukuv + 248 halamanPenerbitRepublikaCetakanVI, Januari 2008Sinopsis Novel Hafalan Shalat DelisaNovel ini menceritakan seorang anak perempuan berumur enam tahun yang bernama Delisa. Delisa adalah seorang anak yang lugu, polos, dan suka bertanya. Ia anak bungsu dari empat bersaudara dalam keluarganya, kakak-kakaknya bernama Cut Fatimah, Cut Zahra, dan Cut Aisyah. Mereka berdomisili di Aceh, tepatnya di Lhok Nga. Abinya bernama Usman dan uminya bernama mendapatkan tugas dari Ibu Guru Nur, yakni tugas menghafal bacaan sholat yang akan disetorkan pada hari minggu tanggal 26 Desember 2004. Motivasi dari Ummi yang berjanji akan memberikan hadiah jika ia berhasil menghafalkan bacaan sholat membuat semangat Delisa untuk telah menyiapkan hadiah kalung emas dua gram berliontin D untuk Delisa, sedangkan Abi akan membelikan sepeda untuk hafalan sholatnya jikalau lulus. Pagi itu hari minggu tanggal 24 Desember 2004, Delisa mempraktikkan hafalan sholatnya di depan Gempa bumi berkekuatan 8,9 SR yang disertai tsunami melanda bumi Aceh. Seketika keadaan berubah. Ketakutan dan kecemasan menerpa setiap jiwa saat itu. Namun, Delisa tetap melanjutkan hafalan sholatnya. Ketika hendak sujud yang pertama, air itu telah menghanyutkan semua yang ada, menghempaskan Delisa belum sempurna. Delisa kehilangan Ummi dan kakak-kakaknya. Enam hari Delisa tergolek antara sadar dan tidak. Ketika tubuhnya ditemukan oleh prajurit Smith yang kemudian menjadi muâalaf dan berganti nama menjadi prajurit Salam. Bahkan pancaran cahaya Delisa telah mampu memberikan hidayah pada Smith untuk bermuâ waktu lamanya Delisa tidak sadarkan diri, keadaannya tidak kunjung membaik juga tidak sebaliknya. Sampai ketika seorang ibu yang di rawat sebelahnya melakukan sholat tahajud, pada bacaan sholat dimana hari itu hafalan shalat Delisa terputus, kesadaran dan kesehatan Delisa Delisa harus diamputasi. Delisa menerima tanpa mengeluh. Luka jahitan dan lebam disekujur tubuhnya tidak membuatnya berputus asa. Bahkan kondisi ini telah membawa ke pertemuan dengan Abinya. Pertemuan yang mengharukan. Abi tidak menyangka Delisa lebih kuat menerima semuanya. Menerima takdir yang telah digariskan oleh bulan setelah kejadian tsunami yang melanda Lhok Nga, Delisa sudah bisa menerima keadaan itu. Ia memulai kembali kehidupan dari awal bersama abinya. Hidup di barak pengungsian yang didirikan sukarelawan lokal maupun dengan orang-orang yang senasib, mereka korban tsunami yang kehilangan keluarga, sahabat, teman dan orang-orang terdekat. Beberapa bulan kemudian, Delisa mulai masuk sekolah kembali. Sekolah yang dibuka oleh tenaga sukarelawan. Delisa ingin menghafal bacaan tetapi susah, tampak lebih rumit dari sebelumnya. Delisa benar-benar lupa, tidak bisa mengingatnya. Lupa juga akan kalung berliontin D untuk delisa, lupa akan sepeda yang di janjikan abi. Delisa hanya ingin menghafal bacaan dari novel ini, Delisa mendapatkan kembali hafalan sholatnya. Sebelumnya malam itu Delisa bermimpi bertemu dengan umminya, yang menunjukkan kalung itu dan permintaan untuk menyelesaikan tugas menghafal bacaan sholatnya. Kekuatan itu telah membawa Delisa pada kemudahan mampu melakukan Sholat Asharnya dengan sempurna untuk pertama kalinya, tanpa ada yang terlupa dan terbalik. Hafalan sholat karena Allah, bukan karena sebatang coklat, sebuah kalung, ataupun ketika, Delisa sedang mencuci tangan di tepian sungai, Delisa melihat ada pantulan cahaya matahari sore dari sebuah benda, cahaya itu menarik perhatian Delisa untuk mendekat. Delisa menemukan kalung D untuk Delisa dalam genggaman tangan manusia yang sudah tinggal tulang. Tangan manusia yang sudah tinggal tulang itu tidak lain adalah milik Ummi Delisa. Delisa sangat Juga Contoh resensi novel ayat ayat cintaUnsur Intrinsik Novel Hafalan Shalat DelisaA. Tokoh dan PenokohanDelisa Pemalas, manja, baik, dan suka memberiâKak Fatimah ganggu saja⊠Delisa masih ngantuk!â Delisa bandel menarik bantak. Ditaruh di atas kepala. Malas mendengar suara tertawa Kak Salammah Baik, sabar, dan bijaksanaâTetapi doanya tetap nggak seperti itu kan, DelisaâŠ.â Ibu menambahkan. âKamu kan dikasih tahu artinya oleh Ustadz Rahman⊠Nah kamu boleh baca seperti artinya itu⊠Itu lebih pas⊠Atau kalau Delisa mau lebih afdal lagi, ya pakai bahasa arabnya! Entar bangunnya insyaAllah nggak susah lagi⊠Ada malaikat yang membangunkan Baik dan perhatian âDelisa bangun, sayangâŠ. Shubuh!â Fatimah, sulung berumur lima belas tahun membelai lembut pipi Delisa. Tersenyum Usil, iri hati, dan baik Delisa menggeliat. Geli. Cut Aisyah nakal menusuk hidungnya dengan bulu ayam penunjuk batas tadarus. Zahra Pendiam dan baik Abi Usman Baik dan saba Umam Jahil, usil, nakal, dan pemurung Tiur Baik dan pengertian Pak Cik Acan Baik, suka menolong dan suka memberi Shopie Baik dan penyayang serta pengertian Smith Adam Baik,penyayang dan suka menolong Ustadz Rahman Tawakkal, sabar, pengertian, dan baik hatiB. LatarLatar Tempat Desa kecil bernama Lhok-Nga pesisir pantai tinggal di komplek perumahan sederhana. Dekat sekali dengan pantai. Lhok Nga memang tepat di tubir pantai. Pantai yang indah. Rumah mereka paling berjarak empat ratus meter dari pantai. Komplek itu seperti perumahan di seluruh kota Lhok Nga, religius dan Waktu Pada saat Delisa menjalani test hafalan itu, Sabtu 25 Desember 2003. Sehari sebelum badai tsunami menghancurkan pesisir Lhok Nga. Sebelum alam kejam sekali merenggut semua kebahagiaan Suasana Suasana saat akan terjadi Gempa sangat tragis, seluruh orang pergi berhamburan mencari tempat yang itu menyentuh tembok sekolah. Beberapa detik sebelumnya terdengar suara bergemuruh. Juga teriakan-teriakan ketakutan orang di luar. Delisa tidak melihat betapa menggentarkan sapuan gelombang raksasa itu. Delisa mendengar suara mengerikan itu. Tetapi Delisa sedang khusuk. Delisa ingin menyelesaikan hafalan shalatnya dengan baik. Ya Allah Delisa ingin berpikiran satu. Maka ia tidak bergeming dari AlurMaju â mundur â maju campuranAlur dari cerita ini yaitu maju, mundur, maju campuran karena pada novel ini digambarkan bahwa Delisa mengenang masa-masa saat sebelum keluarganya meninggal karena bencana Tsunami.âUmmi? Delisa tiba-tiba ingat Ummi. Ya Allah dimana Ummi. Kepala Delisa berputar mencari. Di mana pula Kak Fatimah? Kak Zahra? Kak Aisyah? Di mana mereka? âPelan kenangan itu kembali. Lambat Delisa mengingat kejadian enam hari lalu. Delisa sama sekali tidak pernah tahu, hamper seminggu ia sudah terjerambab di atas semak-belukar tersebut. Sekolah! Ia di sekolah pagi hari itu. Ia bukankah sedang menghadap Ibu Guru Nur menghafal bacaan Tema dan Amanat Hafalan Shalat DelisaTeruslah Bersyukur dengan apa yang telah di berikan Oleh Allah pernah putus asa dan tetap semangatlah menjalani hidup Keluargamu seperti mereka Sudut PandangOrang ketiga serba Juga Sinopsis novel raditya dika cinta brontosaurusKeunggulan NovelBuku ini disajikan dengan bahasa yang jalan ceritanya yang sama dengan peristiwa di kejadian nyata, memungkinkan pembaca untuk berimajinasi lebih jauh tentang cerita dari novel itu yang universal sehingga dapat diterima oleh semua terkandung amanat-amanat dalam menjalani kehidupan sehari-hari yang islami dan penuh kasih dengan footnote yang berisi tentang pelajaran yang dapat diambil pembaca dari cerita yang sedang terjadi pada novel NovelMasih ada kata-kata yang kurang dapat dimengerti oleh sebagian kalangan, seperti ayat-ayat suci Al-quran, bahasa daerah, dan Juga Sinopsis novel 3600 detik dan unsur intrinsiknya
. 232 359 95 154 299 164 441 316
resensi film hafalan shalat delisa