ContohSoal Irama dalam Puisi - Rima yang sering disebut juga dengan sajak memiliki beberapa macam jenis berdasarkan bunyinya, yaitu rima sempurna, rima tak sempurna, rima mutlak, rima terbuka, rima tertutup, aliterasi, asonansi, dan disonansi. Sementara berdasarkan letaknya, rima terbagi atas rima silang (a-b-a-b), rima berpeluk (a-b-b-a), rima berangkai (a-a-a-a), dan rima kembar (a-a-b-b). AKU BERKACAKarya Chairil AnwarIni muka penuh lukaSiapa punyaKu dengar seru menderuDalam hatikuApa hanya angin lalu?Lagi lain pulaMenggelepar tengah malam butaAh..!!!Segala menebal, segala mengentalSegala tak ku kenal...!!!Selamat tinggal...!!!Berikut makna puisi Aku Berkaca karya Chairil Anwar Ini muka penuh lukaSiapa punyaIni muka penuh luka siapa punya. ini bercerita tentang seseorang yang melihat wajahnya seakan berbeda. Dirinya yang dulu berbeda dengan dirinya yang sekarang. wajah penuh luka disini adalah sebuah kiasan untuk wajah yang penuh dengan dosa, keburukan, dan dengar seru menderuDalam hatikuApa hanya angin lalu? Kudengar seru menderu dalam hatiku. Apa hanya angin lalu? Ini sebuah seruan dalam hati. Seruan dalam hati yang sering kali muncul sehingga menjadi beban di pikiran. Ia pun mempertanyakan seruan itu, apakah sebuah seruan yang memiliki arti atau seruan biasa yang tidak bermakna apa-apa. Namun, hatinya sendiri meragukan seruan itu. Lagi lain pulaMenggelepar tengah malam buta Lagi lain pula, menggelepar tengah malam buta. Ini menggambarkan kegelisahan di tengah malam buta. Ketika malam semakin larut, kesunyian pun semakin mencekam, dan disaat itu pulalah berbagai masalah muncul di pikiran sehingga perasaan pun menjadi tidak tenang. Pikiran semakin dipenuhi dengan beban dan berbagai pertanyaan. Pikiran yang semakin tidak menentu membuat mata pun menjadi sulit terpejam. Ah...!!! Segala menebal, segala mengentalSegala tak ku kenal...!!!Selamat tinggal...!!! Ah..!!! Ah disini menggambarkan rasa letih dan bosan, atau suatu bentuk sikap mengabaikan/ membiarkan. segala menebal, segala mengental, segala tak kukenal, selamat tinggal. segala menebal, segala mengental menggambarkan sesuatu yang semakin tidak dapat terlihat dengan jelas. Segala tak ku kenal menggambarkan sesuatu yang tidak ia mengerti dan tak ia pahami, semua terasa begitu asing baginya. Selamat tinggal adalah bentuk sikap yang ia pilih karena pada akhirnya ia pun memilih untuk mengabaikan semuanya, dan tidak menghiraukan lagi apa yang ada di dalam pikirannya. Sekian penjelasan makna puisi Aku Berkaca karya Charil Anwar. Puisi Aku Berkaca karya Chairil Anwar adalah puisi yang sarat dengan makna. Kata-katanya begitu indah dengan susunan kata yang baik dan pilihan kata yang tepat. Bagitu banyak kiasan di dalamnya yang membuat pembaca berpikir lebih dalam untuk dapat memahami makna puisi tersebut. Disini saya mencoba memaknai puisi tersebut dari sudut pandang saya. Mungkin masih banyak kekurangan di dalamnya. Untuk itu, saya mengharapkan masukan dari pembaca. jika ada kekurangan saya dalam memaknai puisi tersebut, saya mohon maaf. RppKtsp Ipa Sd Kelas 3 Semester 2.Ilmu Pengetahuan Alam Kelas Semester. KELAS III SEMESTER 2. Rpp Kelas 4 Tema Indahnya Negeriku Www Sekolahdasar Web Id Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Rpp Satuan Pendidikan Personalized Items Person from in.pinterest.com – Apakah Kamu mengenal Chairil Anwar? Jika Kamu suka baca puisi, pastilah Kamu mengenal sosok Chairil Anwar. Chairil Anwar merupakan salah satu sosok penyair legendaris yang dimiliki oleh Indonesia. Nama Chairil Anwar pun sering disebut dalam mata pelajaran di sekolah. Karya puisi Chairil Anwar dinilai sangat bagus, jadi tak heran jika Beliau termasuk kedalam Penyair terbaik di indonesia. Bahkan tanggal wafatnya Chairil Anwar, 28 April, dijadikan sebagai Hari Puisi Nasional indonesia. Biodata Chairil Anwar Chairil Anwar lahir di Kota Medan, Sumatra Utara, pada tanggal 26 Juli 1922. Chairil Anwar adalah anak tunggal satu-satunya dari pasangan suami istri Toeloes dan Saleha. Chairil Anwar pernah sekolah di HIS Hollandsch-Inlandsche School, sekolah dasar yang diperuntukkan untuk orang-orang pribumi Indonesia yang ada pada zaman penjajahan Belanda. Lalu meneruskan untuk mengenyam pendidikan di MULO Meer Uitgebreid Lager Onderwijs. Walaupun sudah tidak sekolah, Chairil Anwar membaca karya-karya dari para penulis ternama internasional, contoh Auden, Rainer Maria Rilke, Hendrik Marsman, Archibald MacLeish, Edgar du Perron, J. Slaurhoff. Pengarang-pengarang tersebutlah yang menginspirasi karya-karya Chairil Anwar, sekaligus mempengaruhi tatanan kesusasteraan di Indonesia. Pada saat usianya 20 tahun, Nama Chairil Anwar mulai dikenal dunia pada tahun 1942 dengan karya puisinya yang berjudul “Nisan”. Pada masa pendudukan jepang, Puisi Chairil Anwar hanya beredar diatas kertas murah, dan tidak diterbitkan sampai tahun 1945, ini karena mungkin penjajah saat itu takut dengan puisi tentang kemerdekaan milik Chairil Anwar. Pada 6 Agustus 1946, Chairil Anwar menikah dengan Hapsah Wiraredja dan dikaruniai seorang putri yang diberi nama Evawani Alissa, namun pernikahan itu harus berakhir pada tahun 1948. Pada umur ke 26, tubuh Chairil Anwar sudah terserang sejumlah penyakit. Akhirnya pada tanggal 28 April 1949, Chairil Anwar yang berusia 26 tahunm meninggal dunia di Rumah Sakit CBZ sekarang menjadi Rumah sakit Dr. Cipto Mangunkusumo, di Jakarta. Dugaan kuat bahwa CHairil Anwar terkena penyakit paru-paru TBC, dan merambat ke bagian ususnya. Semasa hidupnyanya, Chairil Anwar sudah membuahkan 94 karya, termasuk diantaranya 70 puisi. Berikut Erwin Pratama sudah menseleksi deretan puisi-puisi Chairil Anwar terbagus dan melegenda sepanjang masa. 1. Puisi Karya Chairil Anwar – Aku Aku Kalau sampai waktuku Ku mau tak seorang kan merayu Tidak juga kau Tak perlu sedu sedan itu Aku ini binatang jalang Dari kumpulannya terbuang Biar peluru menembus kulitku Aku tetap meradang menerjang Luka dan bisa kubawa berlari Berlari hingga hilang pedih peri Dan aku akan lebih tidak peduli Aku mau hidup seribu tahun lagi Arti Puisi Aku Karya Chairil Anwar Puisi berjudul Aku dirilis pada bulan Maret 1943 pada zaman penjajahan. Kata “Aku” disini menggambarkan sosok seorang penulis Chairil Anwar. Walaupun saatnya tiba kematian, Chairil Anwar tidak ingin terpengaruh oleh tipu daya penjajah. Tak perlu sedih tentang Diriku, Chairil Anwar hanyalah manusia biasa dari golongan bawah. Walaupun tembakan dari penjajah mengenai tubuh Chairil Anwar, Dia akan terus berjuang. Chairil Anwar walaupun terluka, akan terus maju, sampai akhirnya rasa sakit tersebut hilang. Chairil Anwar tidak peduli apa yang akan terjadi, Dia hanya ingin terbebas dari penjajahan yang membelenggunya. 2. Puisi Diponegoro Karya Chairil Anwar Diponegoro Di masa pembangunan ini tuan hidup kembali Dan bara kagum menjadi api Di depan sekali tuan menanti Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali. Pedang di kanan, keris di kiri Berselempang semangat yang tak bisa mati. MAJU Ini barisan tak bergenderang-berpalu Kepercayaan tanda menyerbu. Sekali berarti Sudah itu mati. MAJU Bagimu Negeri Menyediakan api. Punah di atas menghamba Binasa di atas ditindas Sesungguhnya jalan ajal baru tercapai Jika hidup harus merasai. Maju. Serbu. Serang. terjang Arti Puisi Diponegoro Puisi dengan judul Diponegoro ini memang dikhususkan untuk pahlawan Diponegoro. Pangeran Diponegoro maju paling depan dalam barisan peperangan, memimpin prajurit-prajurit yang ada dibelakangny. Walaupun jumlah musuh jauh lebih banyak, Namun Pahlawan Diponegoro tak gentar dan tak takut. Pangeran Diponegoro hanya membawa pedang dan keris untuk berperang melawan penjajah. Semangat Pangeran Diponegoro tak akan padam melawan penjajah. Maju terus untuk berperang negeri negeri tercinta. Lebih baik mati sebagai pejuang, daripada mati sebagai budak penjajah. 3. Puisi Doa Karya Chairil Anwar Doa Kepada pemeluk teguh Tuhanku Dalam termangu Aku masih menyebut namamu Biar susah sungguh mengingat Kau penuh seluruh cayaMu panas suci tinggal kerdip lilin di kelam sunyi Tuhanku aku hilang bentuk remuk Tuhanku aku mengembara di negeri asing Tuhanku di pintuMu aku mengetuk aku tidak bisa berpaling Arti Puisi Doa Karya Chairil Anwar Dalam puisi Doa ini, Sang penulis Chairil Anwar masih mengingat Tuhan. Dan tetap menyebut nama Tuhan dalam doanya atau ibadahnya. Dalam keadaan susah, harus terus secara penuh mengingat Tuhan. Tuhan adalah cahaya yang menerangi dalam kegelapan. Kita hidup di dunia ini diibaratkan mengembara di negeri asing, dan Kita akan suatu saat akan berpulang ke hadapan Tuhan. 4. Puisi Kerawang-bekasi Karya Chairil Anwar KRAWANG-BEKASI Kami yang kini terbaring antara Krawang-Bekasi Tidak bisa teriak Merdeka’ dan angkat senjata lagi Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami Terbayang kami maju dan mendegap hati? Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu. Kenang, kenanglah kami. Kami sudah coba apa yang kami bisa tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa Kami cuma tulang-tulang berserakan Tapi adalah kepunyaanmu Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan Atau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan, kemenangan dan harapan, atau tidak untuk apa-apa Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata Kaulah sekarang yang berkata. Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi Jika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak Kenang, kenang lah kami Teruskan, teruskan jiwa kami Menjaga Bung Karno Menjaga Bung Hatta Menjaga Bung Sjahrir Kami sekarang mayat Berikan kami arti Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian Kenang, kenang lah kami yang tinggal tulang-tulang diliputi debu Beribu kami terbaring antara Krawang-Bekasi Arti Puisi Kerawang-Bekasi Karya Chairil Anwar Secara keseluruhan puisi ini bercerita tentang para pahlawan yang mati dan terkubur yang mana makamnya adalah daerah Kerawang sampai Bekasi. Kata “Kami” di puisi tersebut adalah “pahlawan yang telah gugur”. Sedangakan Kata “Kau” adalah pembaca atau generasi penerus. Kami para pahlawan yang gugur sudah meninggal dan terbaring di makam. Mereka yang telah gugur tak bisa ikut berperang kembali. kenanglah dan ingatlah para pahlawan yang mati muda tersebut. Sekarang pahlawan yang gugur berharap kepada generasi penerus untuk melanjutkan kemerdekaan. Teruskan semangat Kami pahlawan. Para pahlawan yang telah gugur ingin generasi selanjutnya untuk meLindungi Bung karno, Hatta, Sjahrir. Berjuanglah sampai Indonesia merdeka, supaya Kami pahlawan yang gugur tenang di alam kubur. 5. Puisi Senja Di Pelabuhan kecil karya Chairil Anwar Senja Di Pelabuhan kecil Ini kali tidak ada yang mencari cinta Di antara gudang, rumah tua, pada cerita Tiang serta temali Kapal, perahu tiada berlaut Menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut Gerimis mempercepat kelam Ada juga kelepak elang menyinggung muram Desir hari lari berenang menemu bujuk pangkal akanan Tidak bergerak dan kini tanah air tidur hilang ombak Tiada lagi. Aku sendirian. Berjalan menyisir semenanjung Masih pengap harap Sekali tiba di ujung Dan sekalian selamat jalan dari pantai keempat Sedu penghabisan bisa terdekap Arti Puisi Senja Di Pelabuhan Kecil Karya Chairil Anwar Sang penulis Chairil Anwar merasa sedih dan kesepian karena ditinggal orang yang dicintainya. Penulis merasa kehilangan jati dirinya atau fungsi Dirinya karena ditinggal kekasih. Sang penulis kemudian merelakan kepergian kekasihnya dan mengucapkan selamat jalan. Pantai Keempat, bisa juga memiliki arti sebagai orang keempat yang dicintainya. 6. Puisi Derai-Derai Cemara Karya Chairil Anwar DERAI-DERAI CEMARA Cemara menderai sampai jauh Terasa hari akan jadi malam Ada beberapa dahan ditingkap merapuh Dipukul angin yang terpendam Aku sekarang orangnya bisa tahan Sudah berapa waktu bukan kanak lagi Tapi dulu memang ada suatu bahan Yang bukan dasar perhitungan kini Hidup hanya menunda kekalahan Tambah terasing dari cinta sekolah rendah Dan tahu, ada yang tetap tidak terucapkan Sebelum pada akhirnya kita menyerah Puisi Arti Derai-Derai Cemara Pohon cemara disini diibaratkan sebagai Keadaan penulis Chairil Anwar. Daun pohon cemara yang mulai berguguran. Penulis merasakan bahwa Dirinya akan gugur atau segera meninggal karena keadaan fisik yang rapuh dan melemah. Sang penulis sadar jika dirinya bukan anak-anak lagi, dan sudah dewasa. Hidup hanya menunda kematian, walaupun Kita berjuang untuk terus hidup, namun pada akhirnya Kita akan mati juga. Puisi ini sebenarnya dirilis pada tahun 1949, sebuah tahun dimana Chairil Anwar meninggal, yang dipercaya karena penyakit TBC. 7. Puisi Tak Sepadan Karya Chairil Anwar Tak Sepadan Aku kira Beginilah nanti jadinya Kau kawin, beranak dan berbahgia Sedang aku mengembara serupa Ahasveros[1]. Dikutuk-sumpahi Eros Aku merangkaki dinding buta Tak satu juga pintu terbuka. Jadi baik juga kita padami Unggunan api ini Karena kau tidak kan apa-apa Aku terpanggang tinggal rangka. Arti Puisi Tak Sepadan karya Chairil Anwar Kata “Aku” disini menggambarkan sang penulis “Chairil Anwar”. Penulis sudah tahu apa yang akan terjadi. Bahwa wanita yang dicintai penulis, akan segera menikah, beranak, dan bahagia, dengan orang lain. Sedangkan Penulis merasa bingung tak tahu harus kemana. Penulis menghadapi masalah buntu, yang tak ada jalan keluarnya. Karena alasan itulah, Penulis dan wanita yang dicintainya memilih untuk putus hubungan. Penulis merasa bahwa wanita itu tidak akan apa-apa, namun Aku Chairil Anwar merasa sakit baik jiwa dan raganya. 8. Puisi Di Mesjid Karya Chairil Anwar Di Mesjid Kuseru saja Dia Sehingga datang juga Kami pun bermuka-muka. Seterusnya Ia bernyala-nyala dalam dada. Segala daya memadamkannya Bersimpah peluh diri yang tak bisa diperkuda. Ini ruang Gelanggang kami berperang Binasa-membinasa Satu menista lain gila. Puisi Mesjid Karya Chairil Anwar Kata “Aku” disini adalah penulis Chairil Anwar”. Kata “Dia” atau “Ia” adalah “Tuhan”. Kupanggil/kusebut Tuhan Allahu Akbar, maka penulis merasakan kehadiran Tuhan. Sang penulis merasa jika Dirinya dilihat oleh Tuhan. Kekuatan suci dari Tuhan menerangi Diri penulis. Segala EGO penulis tidak bisa memadamkan cahaya ilahi. Kemudian “EGO” penulis bertarung dengan rasa ibadahnya kepada Tuhan. Jika “EGO” menang, berarti Dia menjadi Gila dunia. Dalam sholat, pasti dari kita masih ada yang memikirkan dunia, meninggikan EGO nya kepada dunia, namun itu harus dilawan, karena ibadah kepada Tuhan haruslah Khusuk atau khidmat 8. Puisi Yang Terampas dan yang Putus Karya Chairil Anwar Yang Terampas dan yang Putus Kelam dan angin lalu mempesiang diriku, menggigir juga ruang di mana dia yang kuingin, malam tambah merasuk, rimba jadi semati tugu. di Karet, di Karet daerahku sampai juga deru dingin aku berbenah dalam kamar, dalam diriku jika kau datang dan aku bisa lagi lepaskan kisah baru padamu; tapi hanya tangan yang bergerak lantang. tubuhku diam sendiri, cerita dan peristiwa berlaku beku. Arti Puisi Yang Terempas Dan Yang Putus Karya Chairil Anwar Penulis puisi Chairil Anwar merasa ajalnya semakin dekat. Penulis bersiap-siap di sebuah kamar untuk menyambut malaikat maut jika datang menghampirinya. Penulis ingin hidup dan membuat kisah kehidupan, namun hanya tangan yang bisa digerakkan. Tubuh penulis mulai diam beku tak bisa digerakkan, dan waktu hidup akan membeku cerita kehidupan Chairil Anwar akan berhenti. 9. puisi Sia-Sia karya Chairil Anwar Sia-Sia Penghabisan kali itu kau datang Membawa kembang berkarang Mawar merah dan melati putih Darah dan Suci Kau tebarkan depanku Serta pandang yang memastikan untukmu. Lalu kita sama termanggu Saling bertanya apakah ini? Cinta? Kita kedua tak mengerti Sehari kita bersama. Tak hampir-menghampiri. Ah! Hatiku yang tak mau memberi Mampus kau dikoyak-koyak sepi. Arti Puisi Sia-Sia Karya Chairil Anwar penulis Chairil Anwar datang membawa karangan bunga merah putih kepada kuburan orang lain kemungkinan teman seperjuangannya. Walaupun terlihat bersama, namun sebenarnya Mereka berdua dipisahkan oleh 2 dunia dunia kehidupan dan dunia kematian. Penulis merasa sedih dan memaki dirinya sendiri karena ditinggal sendirian oleh orang yang meninggal tersebut. 10. Puisi Ibu Karya Chairil Anwar Ibu Pernah aku ditegur Katanya untuk kebaikan Pernah aku dimarah Katanya membaiki kelemahan Pernah aku diminta membantu Katanya supaya aku pandai Ibu… Pernah aku merajuk Katanya aku manja Pernah aku melawan Katanya aku degil Pernah aku menangis Katanya aku lemah Ibu… Setiap kali aku tersilap Dia hukum aku dengan nasihat Setiap kali aku kecewa Dia bangun di malam sepi lalu bermunajat Setiap kali aku dalam kesakitan Dia ubati dengan penawar dan semangat dan bila aku mencapai kejayaan Dia kata bersyukurlah pada Tuhan Namun… Tidak pernah aku lihat air mata dukamu Mengalir di pipimu Begitu kuatnya dirimu… Ibu… Aku sayang padamu… Tuhanku…. Aku bermohon pada-Mu Sejahterahkanlah dia Selamanya… Arti Puisi Ibu Karya Chairil Anwar Puisi ini bercerita tentang kebaikan seoarang ibu. Apapun yang dilakukan oleh Chairil Anwar, Ibunya tetap membalas dengan kebaikan dan kasih sayang. kemudian Chairil Anwar memohon kepada Tuhan supaya Ibunya diberi kesejahteraan dan kesehatan selamanya. Puisi'Aku' karya Cairil Anwar menjadi tonggak bagi bentuk dan semangat puisi Angkatan 45. Sebelum mempublikasikan melaui cetakan, Chairil Anwar terlebih dahulu membacakan Puisi Aku di Pusat Kebudayaan Jakarta pada 1943. Baca Juga: Kumpulan Hasil Analisis Puisi Karya Chairil Anwar Puisi tersebut lalu diterbitkan di Pemandangan dengan judul
Skip to content Kalkulator KeuanganKonsultasi Perencanaan KeuanganRencana PensiunRencana Dana PendidikanReview AsuransiReview InvestasiIn House TrainingEventEbookArtikelKalkulator KeuanganKonsultasi Perencanaan KeuanganRencana PensiunRencana Dana PendidikanReview AsuransiReview InvestasiIn House TrainingEventEbookArtikelKalkulator KeuanganKonsultasi Perencanaan KeuanganRencana PensiunRencana Dana PendidikanReview AsuransiReview InvestasiIn House TrainingEventEbookArtikel Home » Lifestyle » 30+ Puisi Chairil Anwar yang Terkenal dan Punya Makna Dalam Dibaca Normal 17 Menit 30+ Puisi Chairil Anwar yang Terkenal dan Punya Makna Dalam Chairil Anwar adalah salah satu sastrawan besar Indonesia. Bahkan, puisi-puisinya menjadi contoh di buku-buku pelajaran karena baitnya yang bagus. Yuk, simak artikel berikut sampai habis untuk mengetahui puisi karya Chairil Anwar! Summary Puisi-puisi Chairil banyak mengandung makna yang mendalam dan punya tema luas, mulai dari cinta hingga sahabat. Kumpulan puisi dari salah satu sastrawan besar Indonesia ini bisa jadi bahan bacaan menarik maupun pembelajaran bagi yang ingin membuat karya tulisan. Khazanah Bahasa dalam PuisiProfil Singkat Chairil AnwarKumpulan Puisi Karya Chairil Anwar1 Ajakan2 Aku Berkisah Antara Mereka3 Aku4 Bercerai5 Cerita6 Cintaku Jauh di Ujung Pulau7 Dalam Kereta8 Dendam9 Derai-derai Cemara10 Doa11 Hukum12 Kabar dari Laut13 Kawanku dan Aku14 Kenangan15 Kepada Kawan16 Kesabaran17 Krawang-Bekasi18 Lagu Biasa19 Malam20 Merdeka21 Nisan22 Pelarian23 Penghidupan24 Rumahku25 Sajak Putih26 Sebuah Kamar27 Selamat Tinggal28 Selama Bulan Menyinari Dadanya29 Sendiri30 Sia-sia31 Situasi32 Suara Malam33 Sudah Dulu Lagi34 Taman35 Tak SepadanPelajari dengan Baik dan Mulai Berkarya Khazanah Bahasa dalam Puisi Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi manusia. Sebelum adanya bahasa, manusia berkomunikasi melalui dengusan atau bahasa isyarat. Bahasa Indonesia merupakan salah satu dari ribuan bahasa yang ada di dunia. Kita mengenal berbagai karya sastra dalam Bahasa Indonesia yang punya ciri khas sendiri, misalnya puisi. Kebanyakan puisi menggunakan diksi indah dan mungkin jarang muncul dalam percakapan sehari-hari. Tapi, karena itulah karya sastra tersebut begitu dicintai. Salah satu sastrawan Indonesia yang terkenal dengan puisinya adalah Chairil Anwar. Selama hidup, Chairil Anwar telah menulis banyak karya yang terkumpul dalam beberapa buku. Agar lebih tahu karya-karyanya, kali ini, kita akan sama-sama membahas puisi Chairil Anwar yang dikenal luas. Simak baik-baik, ya! Profil Singkat Chairil Anwar Chairil Anwar adalah salah satu penyair angkatan ’45. Saat ini, dia dikenal dengan puisi fenomenalnya yang berjudul “Aku”. Puisi tersebut membuatnya mendapat julukan Si Binatang Jalang. Dia melahirkan banyak puisi selam hidup. Puisi Chairil Anwar memiliki tema beragam, seperti individualisme, eksistensialisme, kematian, dan sebagainya. Kumpulan puisi Chairil Anwar dikumpulkan dalam tiga buku yang dirilis berurutan. Mulai dari deru Campur Debu 1949, Kerikil Tajam yang Terampas dan yang Putus 1949, serta Tiga Menguak Takdir 1950. Chairil Anwar lahir di Medan pada 26 Juli 1922. Dia merupakan anak mantan Bupati Indragiri, Riau. Anwar juga masih punya hubungan kekerabatan dengan Sutan Syahrir, Perdana Menteri Indonesia pertama. Semasa muda, Chairil Anwar menempuh pendidikan di HIS pendidikan setara SMP di zaman kolonial. Sempat melanjutkan di MULO pendidikan setara SMA di zaman kolonial, Anwar justru tidak menyelesaikannya. Kendati demikian, Chairil Anwar menguasai tiga bahasa asing, yakni Bahasa Inggris, Belanda, serta Jerman. Karier penyair Chairil Anwar dimulai tahun 1942 ketika salah satu karyanya dimuat Majalah Nisan. Seiring waktu, puisi Chairil Anwar kian masyarakat kenal. Sayangnya, kepopuleran puisi Chairil Anwar tak membuat kehidupan rumah tangganya ikut awet. Dia menikah dengan perempuan dengan wanita bernama Hapsah, tetapi kemudian berpisah. Keduanya memiliki anak bernama Evawani Chairil Anwar yang menjadi seorang notaris. Puisi Chairil Anwar abadi sampai sekarang. Tapi, sayang, dia meninggal di usia ke-27 sehingga tidak melihat secara langsung kesuksesan puisi-puisinya. Meski hidupnya terbilang singkat, kontribusi Chairil Anwar di dunia sastra Indonesia diakui. Banyak karyanya yang kemudian dialihbahasakan ke Bahasa Spanyol, Inggris, sampai Jerman. [Baca Juga Kumpulan 15 Puisi Guru yang Memotivasi dan Penuh Makna] Kumpulan Puisi Karya Chairil Anwar Setelah tahu biografi singkat Chairil Anwar, sekarang waktunya kamu membaca beberapa puisi karya Chairil Anwar. Selain “Aku”, dia memiliki banyak karya indah yang sayang dilewatkan. Berikut adalah beberapa puisi-puisinya 1 Ajakan Simak puisi “Ajakan” berikut ini Ida Menembus sudah caya Udara tebal kabut Kaca hitam lumut Pecah pencar sekarang Di ruang lega lapang Mari ria lagi Tujuh belas tahun kembali Bersepeda sama gandengan Kita jalani ini jalan Ria bahagia Tak acuh apa-apa Gembira girang Biar hujan datang Kita mandi-basahkan diri Tahu pasti sebentar kering lagi. 2 Aku Berkisah Antara Mereka Inilah puisi berjudul “Aku Berkisar Antara Mereka” Aku berkisar antara mereka sejak terpaksa Bertukar rupa di pinggir jalan, aku pakai mata mereka Pergi ikut mengunjungi gelanggang bersenda Kenyataan-kenyataan yang didapatnya. bioskop Capitol putar film Amerika, lagu-lagu baru irama mereka berdansa Kami pulang tidak kena apa-apa Sungguhpun Ajal macam rupa jadi tetangga Terkumpul di halte, kami tunggu trem dari kota Yang bergerak di malam hari sebagai gigi masa. Kami, timpang dan pincang, negatip dalam janji juga Sandarkan tulang belulang pada lampu jalan saja, Sedang tahun gempita terus berkata. Hujan menimpa. Kami tunggu trem dari kota. Ah hati mati dalam malam ada doa Bagi yang baca tulisan tanganku dalam cinta mereka Semoga segala sipilis dan segala kusta Sedikit lagi bertambah derita bom atom pula Ini buktikan tanda kedaulatan kami bersama Terimalah duniaku antara yang menyaksikan bisa Kualami kelam malam dan mereka dalam diriku pula. 3 Aku Berikut adalah puisi berjudul “Aku” Kalau sampai waktuku Ku mau tak seorang kan merayu Tidak juga kau Tak perlu sedu sedan itu Aku ini binatang jalang Dari kumpulannya terbuang Biar peluru menembus kulitku Aku tetap meradang menerjang Luka dan bisa kubawa berlari Berlari Hingga hilang pedih peri Dan aku akan lebih tidak peduli Aku mau hidup seribu tahun lagi. 4 Bercerai Berikut adalah puisi “Bercerai” yang tiap baitnya memilukan Kita musti bercerai Sebelum kicau murai berderai. Terlalu kita minta pada malam ini. Benar belum puas serah-menyerah Darah masih berbusah-busah. Terlalu kita minta pada malam ini. Kita musti bercerai Biar surya kan menembus oleh malam di perisai Dua benua bakal bentur-membentur. Merah kesumba jadi putih kapur. Bagaimana? Kalau IDA, mau turut mengabur Tidak samudra caya tempatmu menghambur. 5 Cerita Simak puisi berjudul “Cerita” berikut ini Kepada Darmawidjaya, Di pasar baru mereka Lalu mengada-menggaya. Mengikat sudah kesal Tak tahu apa dibuat Jiwa satu teman lucu Dalam hidup, dalam tuju. Gundul diselimuti tebal Sama segala berbuat-buat. Tapi kadang pula dapat Ini renggang terus terapat. [Baca Juga 5+ Contoh Puisi Pendek Menyentuh Hati dengan Berbagai Tema] 6 Cintaku Jauh di Ujung Pulau Berikut adalah puisi “Cintaku Jauh di Ujung Pulau” yang berbicara tentang rindu ingin jumpa Cintaku jauh di pulau, Gadis manis, sekarang iseng sendiri. Perahu melancar, bulan memancar, Di leher kukalungkan ole-ole buat si pacar. Angin membantu, laut terang, tapi terasa Aku tidak kan sampai padanya. Di air yang tenang, di angin mendayu, Di perasaan penghabisan segala melaju Ajal bertakhta, sambil berkata “Tujukan perahu ke pangkuanku saja.” Amboi! Jalan sudah bertahun kutempuh! Perahu yang bersama kan merapuh! Mengapa ajal memanggil dulu Sebelum sempat berpeluk dengan cintaku?! Manisku jauh di pulau, Kalau ku mati, dia mati iseng sendiri. 7 Dalam Kereta Simak puisi berjudul “Dalam Kereta” berikut ini Dalam kereta. Hujan menebal jendela Semarang, Solo…, makin dekat saja Menangkup senja. Menguak purnama. Caya menyayat mulut dan mata. Menjengking kereta. Menjengking jiwa, Sayatan terus ke dada. 8 Dendam Inilah puisi “Dendam” yang bercerita tentang seseorang yang sakit hati Berdiri tersentak Dari mimpi aku bengis dielak Aku tegak Bulan bersinar sedikit tak nampak Tangan meraba ke bawah bantalku Keris berkarat kugenggam di hulu Bulan bersinar sedikit tak nampak Aku mencari Mendadak mati kuhendak berbekas di jari Aku mencari Diri tercerai dari hati Bulan bersinar sedikit tak tampak. 9 Derai-derai Cemara Berikut adalah puisi berjudul “Derai-derai Cemara” Cemara menderai sampai jauh Terasa hari akan jadi malam Ada beberapa dahan ditingkap merapuh Dipukul angin yang terpendam Aku sekarang orangnya bisa tahan Sudah berapa waktu bukan kanak lagi Tapi dulu memang ada suatu bahan Yang bukan dasar perhitungan kini Hidup hanya menunda kekalahan Tambah terasing dari cinta sekolah rendah Dan tahu, ada yang tetap tidak diucapkan Sebelum pada akhirnya kita menyerah. 10 Doa Berikut adalah puisi berjudul “Doa” Kepada pemeluk teguh, Tuhanku Dalam termangu Aku masih menyebut nama-Mu Biar susah sungguh mengingat Kau penuh seluruh Cahaya-Mu panas suci Tinggal kerdip lilin di kelam sunyi Tuhanku Aku hilang bentuk Remuk Tuhanku aku mengembara di negeri asing Tuhanku Di pintu-Mu aku mengetuk Aku tidak bisa berpaling. [Baca Juga Kumpulan 20 Puisi Cinta untuk Pasangan agar Makin Sayang] 11 Hukum Yuk simak puisi “Hukum” Saban sore ia lalu depan rumahku Dalam baju tebal abu-abu Seorang jerih memikul. Banyak menangkis pukul. Bungkuk jalannya – Lesu Pucat mukanya – Lesu Orang menyebut satu nama jaya Mengingat kerjanya dan jasa Melecut supaya terus ini padanya Tapi mereka memaling. Ia begitu kurang tenaga Pekik di angkasa Perwira muda Pagi ini menyinar lain masa Nanti, kau dinanti-dimengerti! 12 Kabar dari Laut Simak puisi berjudul “Datang dari Laut” berikut Aku memang benar tolol ketika itu, Mau pula membikin hubungan dengan kau; Lupa kelasi tiba-tiba bisa sendiri di laut pilu, Berujuk kembali dengan tujuan biru. Di tubuhku ada luka sekarang, Bertambah lebar juga, mengeluar darah, Di bekas dulu kau cium nafsu dan garang; Lagi aku pun sangat lemah serta menyerah. Hidup berlangsung antara buritan dan kemudi. Pembatasan cuma tambah menyatukan kenang. Dan tawa gila pada whisky tercermin tenang. Dan kau? Apakah kerjamu sembahyang dan memuji, Atau di antara mereka juga terdampar, Burung mati pagi hari di sisi sangkar? 13 Kawanku dan Aku Inilah puisi berjudul “Kawanku dan Aku” yang dapat disampaikan untuk sahabat Kepada Bohang, Kami jalan sama. Sudah larut Menembus kabut. Hujan mengucur badan. Berkakuan kapal-kapal di pelabuhan. Darahku mengental-pekat. Aku tumpat-pedat. Siapa berkata? Kawanku hanya rangka saja Karena dera mengelucak tenaga. Dia bertanya jam berapa! Sudah larut sekali Hingga hilang segala makna Dan gerak tak punya arti. 14 Kenangan Berikut adalah karya Chairil Anwar berjudul “Kenangan” Untuk Karinah Moordjono, Kadang Di antara jeriji itu itu saja Mereksmi memberi warna Benda usang dilupa Ah! Tercebar rasanya diri Membubung tinggi atas kini Sejenak Saja. Halus rapuh ini jalinan kenang Hancur hilang belum dipegang Terhentak Kembali di itu itu saja Jiwa bertanya; Dari buah Hidup kan banyakan jatuh ke tanah? Menyelubung nyesak penyesalan pernah menyia-nyia. 15 Kepada Kawan Simak puisi berjudul “Kepada Kawan” berikut ini Sebelum Ajal mendekat dan mengkhianat, mencengkam dari belakang tika kita tidak melihat, selama masih menggelombang dalam dada darah serta rasa, belum bertugas kecewa dan gentar belum ada, tidak lupa tiba-tiba bisa malam membenam, layar merah terkibar hilang dalam kelam, kawan, mari kita putuskan kini di sini Ajal yang menarik kita, juga mencekik diri sendiri! Jadi Isi gelas sepenuhnya lantas kosongkan, Tembus jelajah dunia ini dan balikkan Peluk kucup perempuan, tinggalkan kalau merayu, Pilih kuda yang paling liar, pacu laju, Jangan tambatkan pada siang dan malam Dan Hancurkan lagi apa yang kau perbuat, Hilang sonder pusaka, sonder kerabat. Tidak minta ampun atas segala dosa, Tidak memberi pamit pada siapa saja! Jadi mari kita putuskan sekali lagi Ajal yang menarik kita, kan merasa angkasa sepi, Sekali lagi kawan, sebaris lagi Tikamkan pedangmu hingga ke hulu Pada siapa yang mengairi kemurnian madu!!! [Baca Juga 10 Contoh Puisi Ibu yang Menyentuh dan Bikin Baper!] 16 Kesabaran Simak puisi “Kesabaran” berikut ini Aku tak bisa tidur Orang ngomong, anjing nggonggong Dunia jauh mengabur Kelam mendinding batu Dihantam suara bertalu-talu Di sebelahnya api dan abu Aku hendak berbicara Suaraku hilang, tenaga terbang Sudah! Tidak jadi apa-apa! Ini dunia enggan disapa, ambil peduli Keras membeku air kali Dan hidup bukan hidup lagi Kuulangi yang dulu kembali Sambil bertutup telinga, berpicing mata Menunggu reda yang mesti tiba 17 Krawang-Bekasi Berikut adalah puisi “Krawang-Bekasi” yang merupakan salah satu puisi populer. Kami yang kini terbaring antara Karawang-Bekasi Tidak bisa teriak “Merdeka” dan angkat senjata lagi. Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami, Terbayang kami maju dan berdegap hati? Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu. Kenang, kenanglah kami. Kami sudah coba apa yang kami bisa Tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan 4-5 ribu nyawa Kami cuma tulang-tulang berserakan Tapi adalah kepunyaanmu Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan Atau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan kemenangan dan harapan atau tidak untuk apa-apa, Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata Kaulah sekarang yang berkata Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi Jika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak Kenang, kenanglah kami Teruskan, teruskan jiwa kami Menjaga Bung Karno Menjaga Bung Hatta Menjaga Bung Sjahrir Kami sekarang mayat Berikan kami arti Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian Kenang, kenanglah kami Yang tinggal tulang-tulang diliputi debu Beribu kami terbaring antara Karawang-Bekasi. 18 Lagu Biasa Inilah bait puisi berjudul “Lagu Biasa” Di teras rumah makan kami kini berhadapan Baru berkenalan. Cuma berpandangan Sungguhpun samudra jiwa sudah selam berselam Masih saja berpandangan Dalam lakon pertama Orkes meningkah dengan “Carmen” pula. Ia mengerling. Ia ketawa Dan rumput kering terus menyala Ia berkata. Suaranya nyaring tinggi Darahku terhenti berlari Ketika orkes memulai “Ave Maria” Kuseret ia ke sana. 19 Malam Inilah puisi berjudul “Malam” Mulai kelam belum buntu malam, kami masih saja berjaga Thermopylae? Jagal tidak dikenal? Tapi nanti Sebelum siang membentang Kami sudah tenggelam hilang 20 Merdeka Inilah puisi berjudul “Merdeka” yang cocok dijadikan motivasi Aku mau bebas dari segala Merdeka Juga dari Ida Pernah Aku percaya pada sumpah dan cinta Menjadi sumsum dan darah Seharian kukunyah kumamah Sedang meradang Segala kurenggut Ikut bayang Tapi kini Hidupku terlalu tenang Selama tidak antara badai Kalah menang Ah! Jiwa yang menggapai-gapai Mengapa kalau beranjak dari sini Kucoba dalam mati. [Baca Juga 20 Puisi Kemerdekaan 17 Agustus HUT RI Ke-77 Menyentuh Hati] 21 Nisan Silakan simak puisi berjudul “Nisan” berikut ini Untuk nenekanda, Bukan kematian benar menusuk kalbu Keridlaanmu menerima segala tiba Tak kutahu setinggi itu atas debu Dan duka maha tuan bertakhta. 22 Pelarian Berikut adalah puisi berjudul” Pelarian” I Tak tertahan lagi Remang miang sengketa di sini Dalam lari Dihempaskannya pintu keras tak berhingga. Hancur-luluh sepi seketika Dan paduan dua jiwa. II Dari kelam ke malam Tertawa-meringis malam menerimanya Ini batu baru tercampung dalam gelita “Mau apa? Rayu dan pelupa, Aku ada! Pilih saja! Bujuk dibeli? Atau sungai sunyi? Mari! Mari! Turut saja!” Tak kuasa …terengkam Ia dicengkam malam. 23 Penghidupan Berikut adalah puisi berjudul “Penghidupan” Lautan maha dalam Mukul dentur selama Menguji tenaga pematang kita Mukul dentur selama Hingga hancur remuk redam Kurnia Bahagia Kecil setumpuk Sia-sia dilindung, sia-sia dipupuk. 24 Rumahku Simak puisi berjudul “Rumahku” berikut ini Rumahku dari unggun-timbun sajak Kaca jernih dari luar segala nampak Ku lari dari gedong lebar halaman Aku tersesat tak dapat jalan Kemah kudirikan ketika senjakala Di pagi terbang entah ke mana Rumahku dari unggun-timbun sajak Di sini aku berbini dan beranak Rasanya lama lagi, tapi datangnya datang Aku tidak lagi meraih petang Biar berleleran kata manis madu Jika menagih yang satu. 25 Sajak Putih Simak puisi berjudul “Sajak Putih” Bersandar pada tari warna pelangi Kau depanku bertudung sutra senja Di hitam matamu kembang mawar dan melati Harum rambutmu mengalun bergelut senda Sepi menyanyi, malam dalam mendoa tiba Meriak muka air kolam jiwa Dan dalam dadaku memerdu lagu Menarik menari seluruh aku Hidup dari hidupku, pintu terbuka Selama matamu bagiku menengadah Selama kau darah mengalir dari luka Antara kita Mati datang tidak membelah. [Baca Juga Sapardi Djoko Damono Meninggal Dunia, Ini Puisi-puisi Terbaiknya] 26 Sebuah Kamar Simak berjudul “Sebuah Kamar” berikut ini Sebuah jendela menyerahkan kamar ini pada dunia. Bulan yang menyinar ke dalam Mau lebih banyak tahu. “Sudah lima anak bernyawa di sini, Aku salah satu!” Ibuku tertidur dalam tersedu, Keramaian penjara sepi selalu, Bapakku sendiri terbaring jemu Matanya menatap orang tersalib di batu! Sekeliling dunia bunuh diri! Aku minta adik lagi pada Ibu dan bapakku, karena mereka berada di luar hitungan Kamar begini, 3 x 4 m, terlalu sempit buat meniup nyawa! 27 Selamat Tinggal Inilah puisi Chairil Anwar berjudul “Selamat Tinggal” Perempuan… Aku berkaca Ini muka penuh luka Siapa punya? Kudengar seru menderu – dalam hatiku? – Apa hanya angin lalu? Lagu lain pula Menggelepar tengah malam buta Ah…!! Segala menebal, segala mengental Segala tak kukenal Selamat tinggal…!!! 28 Selama Bulan Menyinari Dadanya Simak puisi berjudul “Selama Bulan Menyinari Dadanya” berikut Selama bulan menyinari dadanya jadi pualam Ranjang padang putih tiada batas Sepilah panggil panggilan Antara aku dan mereka yang bertolak Aku bukan lagi si cilik tidak tahu jalan Di hadapan berpuluh lorong dan gang menimbang Ini tempat terikat pada Ida dan ini ruangan “pas bebas” Selama bulan menyinari dadanya jadi pualam Ranjang padang putih tiada batas Sepilah panggil panggilan Antara aku dan mereka yang bertolak Juga ibuku yang berjanji Tidak meninggalkan sekoci. Lihatlah cinta jingga luntur Dan aku yang pilih Tinjauan mengabur, daun daun sekitar gugur Rumah tersembunyi dalam cemara rindang tinggi Pada jendela kaca tiada bayang datang mengambang Gundu, gasing, kuda kudaan, kapal kapalan di zaman kanak, Lihatlah cinta jingga luntur Kalau datang nanti topan ajaib Menggulingkan gundu, memutarkan gasing Memacu kuda kudaan, menghembus kapal kapalan Aku sudah lebih dulu kaku. 29 Sendiri Simak puisi Chairil Anwar berikut yang berjudul “Sendiri” Hidupnya tambah sepi, tambah hampa Malam apa lagi Ia memekik ngeri Dicekik kesunyian kamarnya Ia membenci. Dirinya dari segala Yang minta perempuan untuk kawannya Bahaya dari tiap sudut. Mendekat juga Dalam ketakutan-menanti ia menyebut satu nama Terkejut ia terduduk. Siapa memanggil itu? Ah! Lemah lesu ia tersedu Ibu! Ibu! 30 Sia-sia Inilah puisi Chairil Anwar berjudul “Sia-sia” yang menggambarkan kepelikan Penghabisan kali itu kau datang Membawaku karangan kembang Mawar merah dan melati putih Darah dan suci Kau tebarkan depanku Serta pandang yang memastikan Untukmu. Sudah itu kita sama termangu Saling bertanya Apakah ini? Cinta? Keduanya tak mengerti. Sehari itu kita bersama. Tak hampir-menghampiri. Ah! Hatiku yang tak mau memberi Mampus kau dikoyak-koyak sepi. [Baca Juga 88 Kata-kata Motivasi Kemerdekaan Untuk Membakar Semangat] 31 Situasi Inilah puisi Chairil Anwar berjudul “Situasi” Tidak perempuan! yang hidup dalam diri Masih lincah mengelak dari pelukanmu gemas gelap, Bersikeras mencari kehijauan laut lain, Dan berada lagi di kapal dulu bertemu, Berlepas kemudi pada angin, Mata terpikat pada bintang yang menanti. Sesuatu yang mengepak kembali menandungkan Tai Po dan rahasia laut Ambon Begitulah perempuan! Hanya suatu garis kabur Bisa dituliskan Dengan pelarian kebuntuan senyuman. 32 Suara Malam Simak puisi “Suara Malam” yang merupakan salah satu puisi Chairil Anwar semasa hidup Dunia badai dan topan Manusia mengingatkan “Kebakaran di Hutan”* Jadi ke mana Untuk damai dan reda? Mati. Barangkali ini diam kaku saja Dengan ketenangan selama bersatu Mengatasi suka dan duka Kekebalan terhadap debu dan nafsu. Berbaring tak sedar Seperti kapal pecah di dasar lautan Jemu dipukul ombak besar. Atau ini. Peleburan dalam Tiada Dan sekali akan menghadap cahaya. Ya Allah! Badanku terbakar – segala samar. Aku sudah melewati batas. Kembali? Pintu tertutup dengan keras. 33 Sudah Dulu Lagi Inilah puisi Chairil Anwar berjudul “Sudah Dulu Lagi” Sudah dulu lagi terjadi begini Jari tidak bakal teranjak dari petikan bedil Jangan tanya mengapa jari cari tempat di sini Aku tidak tahu tanggal serta alasan lagi Dan jangan tanya siapa akan menyiapkan liang penghabisan Yang akan terima pusaka kedamaian antara runtuhan menara Sudah dulu lagi, sudah dulu lagi Jari tidak bakal teranjak dari petikan bedil. 34 Taman Berikut adalah puisi berjudul “Taman Taman punya kita berdua Tak lebar luas, kecil saja Satu tak kehilangan lain dalamnya. Bagi kau dan aku cukuplah Taman kembangnya tak berpuluh warna Padang rumputnya tak berbanding permadani Halus lembut dipijak kaki. Bagi kita bukan halangan. Karena Dalam taman punya berdua Kau kembang, aku kumbang Aku kumbang, kau kembang. Kecil, penuh surya taman kita Tempat merenggut dari dunia dan nusia. 35 Tak Sepadan Simak puisi “Tak Sepadan” berikut, salah satu puisi yang populer darinya Aku kira, Beginilah nanti jadinya Kau kawin, beranak dan berbahagia Sedang aku mengembara serupa Ahasvéros. Dikutuk sumpahi Eros Aku merangkaki dinding buta Tak satu juga pintu terbuka. Jadi baik juga kita padami Unggunan api ini Karena kau tidak kan apa-apa Aku terpanggang tinggal rangka. Pelajari dengan Baik dan Mulai Berkarya Puisi Chairil Anwar merupakan salah satu karya yang diakui di Indonesia. Karya-karyanya beberapa kali masuk di film nasional. Setelah tahu puisi-puisi tersebut, kamu bisa belajar membuat puisi. Dengan begitu, kamu, kemampuan berbahasamu akan meningkat. Selain meningkatkan kemampuan menulis dan berbahasa, tidak ada salahnya jika kamu juga semakin mengasah skill dalam mengeloa keuangan. Sebab, ada banyak manfaat yang akan kamu dapatkan. Salah satunya bisa membuat rencana keuangan secara lebih terarah dan mewujudkan satu per satu yang menjadi tujuan keuanganmu. Jika bingung cara memulainya, kamu bisa baca panduan seputar perencanaan keuangan dan investasi di Perpustakaan Ebook Finansialku. Selanjutnya, mulai atur keuanganmu bersama Aplikasi Finansialku yang bisa di download melalui App Sotre atau Play Store. Beragam fitur di dalamnya akan memudahkanmu dalam menyusun anggaran, mencatat keuangan, sampai mengecek kondisi kesehatan keuanganmu saat ini. Selamat mencoba… Sekian ulasan tentang puisi Chairil Anwar. Yuk, share artikel ini ke teman-temanmu agar lebih banyak yang tahu. Terima kasih! Editor Ari Sumber Referensi M Hardi. Oktober 2022. 23 Karya Pu isi Chairil Anwar yang Begitu Populer Penuh Akan Makna. – Shofia Nida. 04 Desember 2021. Puisi karya Chairil Anwar memiliki banyak tema, mulai dari percintaan, individualisme, eksistensialisme, hingga kematian. – Ari A. Santosa telah merampungkan kuliah Ilmu Komunikasi di Universitas Pasundan. Sesekali memboroskan waktu hanya untuk membaca dan menonton film. Related Posts Page load link Go to Top
27Ucapan dan Quotes Selamat Hari Dharma Wanita 5 Agustus 2022 Terbaru, Cocok Dijadikan Caption; 6 Puisi Hari Kemerdekaan Karya Penyair Terkenal yang Cocok Dibacakan saat 17 Agustus, Ada Chairil Anwar; 15 Ide Tema Kegiatan dan Lomba 17 Agustus 2022 yang Menarik, Cocok untuk Memeriahkan HUT RI ke 77

MaknaPuisi Chairil Anwar. Berikut ini beberapa apresiasi penting akan makna puisi Aku karya Chairil Anwar di atas; Dari segi bentuk tipografi penulisan, puisi ini sudah menampilkan kebebasan dalam menyajikan bait-bait. Puisi ini tak lagi dikekang dengan jumlah baris dalam bait. Namun puisi ini juga tetap mengutamakan rima (bunyi di akhir lirik

. 438 400 339 287 179 70 442 193

makna puisi selamat tinggal chairil anwar